Sabtu, 04 Januari 2014

AL-MATURIDIYAH: AL-BAZDAWI



AL-MATURIDIYAH: AL-BAZDAWI
dan Pengaruh al-Maturidiyah dalam Dunia Islam
Oleh: St. Rahmah Sy.

PENDAHULUAN
Problematika bermunculan setelah wafatnya Rasulullah, karena salah satu nara sumber utama Islam pada tiap persoalan telah berpulang ke-rahmatullah. Problema ini mencul karena latar belakang yang berbeda-beda, baik itu politik, aqidah dan sebagainya. Akses dari problematika ini melahirkan sekte-sekte, baik politik, aqidah maupun aliran-aliran pemikiran.

Pergulatan aliran pemikiran di dunia Islam menjadi aset utama dalam memperkaya corak pemikiran dan menambah khasanah intelektual muslim didunia. Dari hasil pergulatan ini maka dikenallah aliran-aliran teologi seperti Khawarij, Murjiah, Qadariah, Jabariah, Mu’tazilah, dan Ahl-al-Sunnah wa al-Jama’ah (Asy’ariah dan Maturidiah).
Asy’ariah adalah aliran teologi tradisional yang disusun dan dibangun oleh Abu Hasan Al-Asy’ari, yang merupakan reaksi atas teologi Mu’tazilah yang rasional.[1] Karena kerasionalan Mu’tazilah ini memberikan keluwesan akal yang seluas-luasnya dalam berfikir-menjadi sebab timbulnya anggapan dikalangan sebahagian umat Islam bahwa mereka lebih mengutamakan rasio dari pada wahyu. Anggapan ini selanjutnya membawa kepada tuduhan bahwa kaum Mu’tazilah adalah golongan Islam yang tersesat dari jalan yang lurus.[2]
Salah satu sakte aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah adalah al-Maturidiah (samarkand) yang diperoleh oleh Abu Mansur al-Maturidiy tampil bersama al-Asy’ariah dalam menentang ajaran-ajaran Mu’tazilah.[3]
Pada dasarnya aliran al-Maturidiah ini berupaya mengambil jalan tengah antara Mu’tazilah dan al-Asy’ariah, namun pada perkembangan selanjutnya al-Maturidiah cenderung mendekati pemikiran Mu’tazilah meskipun tidak seekstrem dengan Mu’tazilah. Hal ini memunculkan perbedaan paham pada penganut al-Maturidiah itu sendiri.
Salah satu pengikut al-Maturidiah yang kontroversi adalah al-Bazdawi sehingga dapat dikatakan bahwa aliran al-Maturidiyah terdapat dua golongan: Golongan al-Maturidiyah di Samarkand yaitu pengikut-pengikut al-Maturidiyah itu sendiri, dan golongan di Bukharah yaitu pengikut-pengikut Bazdawi.[4] Golongan kedua ini cenderung kepada pendapat-pendapat al-Asy’ariah.

 

PEMBAHASAN

Untuk pembahasan makalah ini, penulis memberikan batasan yang akan dipermasalahkan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam seminar yaitu berkisar diseputar:
  1. Riwayat hidup al-Bazdawi,
  2. Pemikiran-pemikiran al-Bazdawi, dan
  3. Bagaimana pengaruh al-Maturidiyah dalam dunia Islam.
a. riwayat hidup
Nama lengkap al-Bazdawi adalah Abu Yusr Muhammad bin Muhammad bin Abd Karim al-Bazdawi, lahir pada tahun 421 H.[5] nenek al-Bazdawi yaitu Abd, Karim, adalah salah seorang murid al-Maturidiy. Al-Bazdawi memperoleh atau menerima ajaran-ajaran al-Maturidiyah dari orang tuanya.[6] Tokoh ini banyak berjasa dalam perkembangan aliran al-Maturidiyah. Meskipun demikian tidak semua pendapatnya sejalan dengan al-Maturidiyah. Beberapa pendapatnya justru lebih dekat kepada al-Asy’ari.[7] Al-Bazdawi merupakan salah seorang pengikut penting al-Maturidiyah.
Selain belajar dikalangan keluarganya beliau juga belajar pada tokoh-tokoh ulama Hanafi, selanjutnya beliau berpindah kepada imam-imam yang lain, diantaranya ya’kub bin Yusuf bin Muhammad Naisabury, Syekh Imam Abdul Khattab, dan juga beberapa ulama lainnya. Disamping itu, al-Bazdawi juga menelaah buku-buku tafsir seperti kitab-kitab tafsir karangan Ibnu Ibrahim bin al-Hindhali, Abd bin Hamid al-Hisy, Dahlan al-Hilali. Adapun karangan-karangan al-Maturidi yang dipelajari oleh al-Bazdawi ialah kitab tauhid dan kitab ta’wil al-Qur’an. Beliau juga mempelajari buku-buku filosof seperti al-Kindi dan buku-buku Mu’tazilah seperti al-Razi, al-Jubbah’I, Al-Ka’bi dan an-Nadzdzam.[8]
Al-Bazdawi selalu merujuk hadist yang digunakan kepada jami’ al-Shaleh oleh Abi Muslim dan kitab al-Sunnah oleh Abi Daud al-Sajastani. Aktifitas beliau sebagai qadhi (hakim) tidak menggangu beliau sebagai ilmuan. Beliau mempelajari masala-masalah hukum, mengumpulkan karya-karya ulama Hanafiyah, yang kemudian beliau telaah. Kitab-kitab penting yang menjadi sandarannya seperti al-Saair kabir karya Muhammmad bin Hasan al-Syaibany, Mukhtasar fikh karya Abi Ubaidillah Hasan al-Karafi, dan kitab muntaqi oleh Muhammad bin Ahmad al-Maruji al-Hakim.[9]
Pemikiran-pemikiran al-Bazdawi tersebut bukan hanya melalui bukunya tapi juga melalui murid-muridnya. Salah seorang muridnya adalah najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-573 H) dengan karyanya al-Aqaid al-Nasafiyah.[10] Selain itu, Abdul Karim bin Muhammad al-Sinai al-Madani, Muhammad bin Thahir al-Samarkandi, Abdul bin Muhammad al-Catmi dan lain-lain.[11]
Salah satu ungkapan muridnya Umar al-Nasafi yang mengungkapkan tentang kehebatan beliau yang ditulis dalam kitab Ushul al-Din, yaitu; Abu Yusr al-Bazdawi adalah syekh di abad kami, khususnya di negeri Wara’ al-Nahr, beliau adalah imam dari imam-imam yang lain, didatangi dari segala penjuru, serta karyanya dugunakan banyak orang baik di timur maupun di barat.[12] Al-Bazdawi wafat pada tahun 493 H di Bukhara.
b. Aliran Pemikiran-Pemikirannya
1. Sifat-sifat Tuhan
Maturidiyah Bukharah ini merupakan bahwa sifat-sifat Tuhan itu ada seperti sifat ilm, qudrah, hidup dan lain-lain. Dalam hal ini pada dasarnya al-Bazdawi sepaham dengan pendapat Abu Mansur, al-Baqillani dan al-Gazali yang pada umumnya mengatakan bahwa (لاهي هوولاهي غيره            ) Allah mempunyai sifat al-Ilm misalnya, karena alam yang diciptakn demikian teratur tidak tercipta kecuali diciptakan oleh tuhan yang mempunyai sifat ilm, demikian pula sifat-sifat yang lainnya.[13]
Menurut mereka sifat-sifat Tuhan terdapat dalam zat-Nya bukan diluar zatnya karena sifat Tuhan bukan sesuatu yang zatnya dan tidak diciptakan,[14] dan bukan pula sifat-sifat itu berdiri pada zatnya atau terpisah dari zatnya serta mempunyai esensi yang mandiri pada zatnya sehingga tidak dapat dikatakan bahwa dengan berbilangnya sifat itu bukan kepada banyknya yang qadim (kekal).[15]
Dalam artian sifat Allah ada, sifat itu bukan zatnya Tuhan melainkan terpisah dari zat Tuhan tapi sifat-sifat itu berdiri sendiri. Sifat-sifatnya kekal melalui kekekalannya yang terdapat dalam esensi dan bukan melalui kekekalan sifat-sifat itu sendiri.
2. Perbuatan Manusia             
al-Bazdawi membagi perbuatan manusia itu kepada dua macam yaitu perbuatan Tuhan sebagai pencipta daya dan perbuatan manusia sebagai pemakai daya.[16] Kemauan manusia sebenarnya adalah kemauan Tuhan juga, akan tetapi semua perbuatan manusia itu tidak kemauan dalam kerelaan Tuhan sebab Tuhan tidak menyukai perbuatan buruk.[17] Perbuatan manusia yang baik adalah atas kehendak Tuhan, sebaliknya perbuatan jahat bukan keridhaan Tuhan.
Tuhan memberikan kemampuan (qudrah) kepada manusia untuk melaksanakan keinginan dan perbuatannya, Tuhan memberikan daya kepada manusia, kemampuan dan daya itu diciptakan oleh Tuhan bersamaan dengan perbuatan manusia. Tapi Tuhan akan memberikan ganjaran dengan perbuatan manusia yang dilaksanakan itu.
Atau dengan kata lain perbuatan jahat itu adalah perbuatan manusia atas kehendak Tuhan, akan tetapi tidak dalam keridhaan-Nya. Hal ini tidak boleh diindikasikan bahwa Tuhan tidak adil dengan menghukum pelaku kejahatan karena terkait dengan kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, keadilan Tuhan terletak pada kekuasaan-Nya.
3. Melihat Tuhan
Dalam persoalan melihat Tuhan di akhirat kelak al-Maturidiah sepaham dengan al-Asy’ariah yang mengatakan bahwa segala yang berwujud dapat dilihat, sedangkan Tuhan adalah berwujud walaupun wujudnya itu mukhalakfatuh li al-hawadis, oleh karena itu dapat dilihat.[18] Artinya dapat dilihat sungguhpun tidak mempunyai bentuk, tidak mengambil ruang dan tempat yang terbatas, akan tetapi Tuhan tidak dapat dilihat di dunia karena Tuhan tidak memperlihatkna zat-Nya di dunia.
4. Konsep Iman
Al-Bazdawi berpendapat bahwa iman adalah menerima dan membenarkan dalam hati dan mengucapkan dengan lidah, dalam arti tasdiq yang mencakup keyakinan dengan hati dan pengakuan dengan lidah. Iman tidak bisa mengambil bentuk amal tapi haruslah merupakan tasdiq saja. Iman menurut beliau adalah jaminan untuk masuk surga bagi seseorang dan kepatuhan kepada Tuhannyalah yang menentukan derajat yang akan diperoleh seseorang di dalamnya. Oleh karena iman adalah kunci untuk masuk surga, sedangkan amal menentukan tingkatan tempat seseorang didalamnya.
Konsep keimanan seseorang menurut al-Bazdawi tetap/tidak bertambah dan tidak berkurang, karena tidak memasukkan unsur amal, karena amal itu hanya menentukan tingkatan, bukan asas utama penentuan beriman atau tidaknya seseorang.
5. Akal dan Wahyu
Menurut al-Maturidiyah-Bazdawi akal dapat mengetahui adanya Tuhan dan mengetahui yang baik dan buruk, akan tetapi akal tidak dapat mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan dan kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk.[19] Dengan kata lain bahwa untuk mengetahui kewajiban itu diperlukan wahyu, akal harus dapat bimbingan dari wahyu.[20]
Harun Nasution mengatakan bahwa wahtu yang Bukhara dan mengetahui kewajiban-kewajiban. Aliran Maturidi Bukhara memandang akal manusia lemah karena akal tidak dapat megetahui kewajiban-kewajiban.[21]
Akal hanya dapat mengetahui sebab-sebab yang membuat kewajiban-kewajiban menjadi kewajiban. Hal ini berarti behwa mengetahui Tuhan dalam arti berterima kasih kepada Tuhan, sebelum turunnya wahyu tidaklah wajib bagi manusia. Sebelum adanya rasul-rasul percaya kepada Tuhan tidaklah diwajibkan dan ketidak percayaan kepada Tuhan bukanlah dosa.[22]
Kewajiban-kewajiban menurut al-Bazdawi hanya ditentukan oleh Tuhan dan ketentuan-ketentuan Tuhan hanya diketahui melalui wahyu. Maturidi Bukhara kedudukan wahyu sangat penting. Wahyu sangat diperlukan untuk mengetahui kewajiban-kewajiban.
8. Janji dan Ancaman
Al-Wa’du wa al-Wa’id berkaitan dengan perbuatan manusia. Perbuatan baik dijanjikan oleh Tuhan dengan pahala, sedangkan perbuatan jahat diancam dengan siksaan. Al-Bazdawi menjelaskan bahwa Tuhan tidak akan mungkin melanggar janji-Nya tapi sebaliknya Tuhan mungkin saja membatalkan ancaman-Nya.[23] Karena Tuhan memiliki kekuasaan dan kehendak mutlak.
Golongan Maturidiah Bukhara berpandangan bahwa balasan atas perbuatan manusia ditentukan oleh Tuhan. Orang yang berbuat jahat mungkin saja masuk syurga jika Tuhan menghendaki karena rahmta-Nya tapi Tuhan tidak mungkin melanggar janjin-Nya untuk memberi pahala bagi yang berbuat baik. Ketika Tuhan membatalkan ancaman-Nya terhadap orang-orang yang berbuat jahat maka tidaklah dikatakan Tuhan tidak adil karena Tuhan memiliki kekuasaan dan kehendak mutlak. Tuhan berbuat dengan kehendak-Nya, dan keadilan Tuhan terletak pada kekuasaan-Nya.

PENGARUH AL-MATURIDIYAH- DALAM DUNIA ISLAM

Al-Maturidi adalah pengikut mazhab hanafi yang mempunyai karya dalam bidang ilmu fikih dan ushul fikih, disamping sejumlah karyanya di bidang ushul al-Din.[24] Diantaranya adalah Kitab Ta’wil al-Qur’an, al-Jadal, al-Ushul fi Ushul al-Din, Ma’na al-Syar’I, al-Maqulat fii al-Kalam, al-Tauhid, dan lain.
Dari kalangan Maturidiah Bukhara dikenallah karangan al-Bazdawi seperti kitab Ushul al-Din dan karangan Najm al-Din Muhammad al-Nasafi dengan judul al-Aqaid al-Nasafiah, dan masih banyak lagi karangan-karangan yang lain yang kesemuanya itu dapat menambah khsanah kebudayaan Islam.
Al-Maturidiyah ini pada mulanya muncul sebagai salah satu sekte dari ahl-al-Sunnah wa al-Jamaah, yaitu suatu aliran yang berkembang dibawah sekte ahl al-Sunnah wa al-Jamaah bersama al-Asy’ariah. Namun mereka muncul dalam tempat yang berbeda, al-Maturidiyah muncul dan berkembang di Samarkand dan Bukhara dengan menganut mazhab Hanafi sedangkan al-Asy’ari tumbuh dan berkembang di Basrah dengan manganut mazhab Syafi’i.
Sekte baru ini, disambut baik oleh masyarakat Islam karena merupakan aliran yang mudah diterima sehingga dapat dikatakan bahwa al-Maturidiyah sebagai salah satu aliran teologi Islam memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia pemikiran Islam.

KESIMPULAN

Al-Bazdawi adalah tokoh aliran yang menganut teologi Maturidiyah. Beliau adalah pengikut Abu Mansur Al-Maturidiy di Samarkand yang selanjutnya membuka cabang di Bukhara, walaupun beliau pengikut Abu Mansur namun dia memiliki corak pemikiran yang berbeda dengan yang diikutinya.
Corak pemikiran Abu Mansur al-Maturidiy cenderung mendekati pemikiran rasional Mu’tazilah walaupun pemikirannya tidak seekstrem dengan Mu’tazilah, sedangkan al-Bazdawi memiliki corak pemikiran yang sama dengan al-Asy’ariah.
Aliran pemikiran al-Bazdawi ini sebagai pengkanter pemikiran al-Maturidi yang sudah cenderung kepada pemikiran Mu’tazilah atau dengan kata lain aliran ini berusaha mengembalikan dan menghidupkan kembali aliran Asy’ariah tradisional, dengan memberikan pemikiran-pemikiran yang lebih baru.
Al-Maturidiyah sebagai suatu aliran tidak dapat ditentukan lagi di zaman sekarang ini, namun sebagai suatu paham pemikiran Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam dunia Islam. Dan aliran ini pernah donatur dalam memperkaya khsanah kebudayaan Islam. Bukti adanya pengaruh aliran ini yaitu dengan banyaknya peniggalan karya-karyanya berupa buku-buku yang tak terhitung jumlahnya.




[1]Dalam penggolongan teologi Islam, Asy’ariah dan Maturidiah keduanya disebut Ahl al-Sunnah wal Jama’ah. Aliran Maturidiah banyak dianut oleh umat Islam yang bermazhab Hanafi, sedangkan aliran Asy’ariah umumnya dianut oleh umat Islam yang bermazhab Sunni. Lihat Ali Mudhofir, 1996: 17.
[2]Harun Nasution, 1996: 129.
[3]Ahmad Amin, 1965: 91-93.
[4]Harun Nasution, 1986), h 77-78.
[5]al-Bazdawi, 1963: 10-13.
[6]Muhammad Ahmad, 1998: 191. Lihat juga Harun Nasution, op. cit: 77.
[7]Yusran Asmuni, 1996: 129. Lihat juga Harun Nasution, ibid: 78.
[8]al-Bazdawi, loc cit.
[9]Ibid.: 12.
[10]Ibid:  14, juga Harun Nasution, loc. cit dan Muhammad Ahmad, loc. cit.
[11]Ibid: 15.
[12]Ibid: 15.
[13]Abu Hasan al-Asy’ari, 1985: 88-95.
[14]Harun Nasution, Teologi…. Op.cit: 137.
[15]Abu Zahrah, 1996: 209.
[16]Yusran Asmuni, op. cit: 175.
[17]Ibid: 175. lihat juga Harun Nasution, Teologi …Op. Cit: 127.
[18]Abu Zahra, op.cit: 220.
[19]Harun Nasution, op.cit: 88.
[20]Al-Bazdawi, op. cit: 209.
[21] Harun Nasution, op.cit: 138.
[22]Harun Nasution, Teologi…..op.cit: 91.
[23]Harun Nasution, Teologi…..,op.cit: 133.
[24]Abu Zahra, op.cit: 209.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar