Sabtu, 22 Februari 2014

Lelaki Sejati



IBU…, Ceritakan Aku Tentang Lelaki Sejati



Seorang remaja pria bertanya kepada ibunya, Ibu ceritakan padaku tentang Lelaki sejati….
Sang ibu tersenyum dan menjawab…

Moralitas dan Integritas Pimpinan



Membangun Moralitas dan Integritas Kader Pimpinan di Era Multi Peradaban

Era globalisasi sebagai sebuah ruang sejarah, telah memberikan kebebasan kepada siapa saja untuk melakukan sesuatu atau menampilkan budaya masing-masing sesuai dengan kebiasaan mereka masing-masing pula. negara-negara asing akan masuk ke wilayah Indonesia untuk memasarkan berbagai produk yang tentunya akan membawa pengaruh besar bagi perubahan sosial masyarakat dan kesemuanya akan banyak bertentangan dengan konsep dasar normatifitas agama atau mungkin dapat mengaburkan nilai-nilai agama dan etos sosial penganutnya.

Eksistensi Maslahat dan Mafsadat



Eksistensi Maslahat dan Mafsadat dalam Diktum-Diktum Syariah

Pendahuluan
Dalam kehidupan manusia tidak jarang terjadi kekeliruan dalam memprioritaskan aktivitasnya yang sebenarnya dapat mengorbankan amalan lain, bahkan acapkali menimbulkan mudarat yang dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat banyak. Hal ini sering dilakukan karena kesengajaan tanpa ada kesadaran moral, ataupun karena ketidaksengajaan disebabkan ketidaktahuan terhadap tuntunan agama dan kaidah-kaidah umum dalam mewujudkan kemaslahatan dan mencegah kemudaratan.

Bahasa Arab, Inna dan Sejenisnya



إن وأخواتها
(Inna dan Sejenisnya)
 Oleh: Muhammad Ghazali Rahman

A. Pendahuluan
            Bahasa merupakan alat komunikasi dan sarana yang sangat penting digunakan dalam menyampaikan pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain, baik secara tertulis maupun lisan. Oleh karena itulah, manusia sejak lahir telah dibekali potensi kebahasaan yang memungkinkan Ia dapat mengungkapkan apa yang terjadi dalam diri dan lingkungannya.

TAFSIR, TA’WIL DAN TA’LIL



TAFSIR, TA’WIL DAN TA’LIL
Oleh: Moh. Gazali Rahman

Pendahuluan
Alqur’an sebagai bahasa Tuhan sekaligus bahasa agama diakui oleh setiap orang beriman sebagai petunjuk, hidayah, dan mukjizat yang pada dasarnya datang untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya. Tuhan kepada hamba-Nya yang dihidangkan dengan berbagai variasi menu dan bumbu. Wacana dan karakteristik teks yang terkandung di dalamnya telah menjadi diskursus para pengkajinya di tiap zaman dan generasi.

Metode Pemahaman Islam

METODE PEMAHAMAN ISLAM
By. Muh. Gazali Rahman

Pendahuluan
            Pemahaman tentang Islam pada dasarnya tidak lepas dari pondasi bangunan tauhid seorang muslim. Artinya, hal itu mesti dimulai terlebih dahulu dengan keyakinan dan kesadaran tentang kebenaran adanya Tuhan semesta alam beserta perangkat-perangkat emanasi-Nya[2] di muka bumi dan juga kebenaran tentang adanya kehidupan setelah kehidupan dunia, yaitu kehidupan akhirat yang lebih kekal. Oleh karena itu, memahami Islam sesungguhnya terkait dengan adanya tiga hubungan yang erat antara Tuhan sebagai Khalik, manusia sebagai makhluk, serta alam semesta. Hubungan antara Tuhan dan manusia biasa dikenal dengan istilah habl min Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya yang dikenal dengan istilah habl min al-nas. Hal ini terkait dengan doa popular yang senantiasa dibaca: rabbana atina…

Tafsir Ayat Jilbab



TAFSIR QS AL-NUR/24: 30-31
dan QS AL-AHZAB/33: 59
 Oleh: Muhammad Gazali Rahman

PENDAHULUAN
            “Tampil seksi itu indah, bukan porno”. Tidak jarang ungkapan ini terdengar meluncur tanpa beban dari mulut seseorang. Gejala primitif-modern muncul seiring dengan kemajuan zaman yang menampilkan fenomena aurat terbuka sebagai bentuk kewajaran. Indikator lain dari “era transparansi” ini dapat dilihat pada gambar-gambar seronok yang tiap hari dapat ditemukan pada berbagai iklan komersil-sensual di televisi, majalah ataupun koran. Di plaza, terminal, pasar, kampus, terlebih lagi di tempat-tempat wisata, begitu banyak perempuan yang tidak risih lagi berpakaian seadanya. Rok di atas lutut, celana ketat, baju ketat dan sudah jelas tanpa jilbab. Belum lagi, ditambah make-up, pemerah bibir, parfum, dan segala macam aksesoris kecantikan.

PENDEKATAN ILMIAH TERHADAP FENOMENA KEAGAMAAN



PENDEKATAN ILMIAH TERHADAP FENOMENA KEAGAMAAN
Oleh: Muhammad Gazali Rahman

A. Pendahuluan
            Menyimak fenomena keagamaan dalam rentang daur sejarah yang terus bergulir, kini agama bukan lagi berada di depan pintu gerbang abad modern, tetapi telah masuk dalam abad transisi post modern. Sebuah abad yang ditandai  dengan sangat intensifnya perubahan yang melanda ranah kehidupan sosial lantaran dipicu temuan-temuan baru di bidang teknologi dan industri.

KEBUDAYAAN ISLAM DI AFRIKA



KEBUDAYAAN ISLAM DI AFRIKA
(Abad XI-XIII)
Oleh: Muhammad Ghazali Rahman

A. Pendahuluan
          Fenomena kebudayaan dan peradaban adalah sesuatu yang “khas insani”, yaitu menyangkut daya cipta bebas dan kreativitas insaniah dalam persentuhannya dengan realitas alam dunia yang sarat nilai, destruktif ataupun konstruktif, sekaligus sebagai abstraksi sifat formal yang instrinsik dan potensial untuk dikembangkan.

ICMI (Gerakan Kecendikiawanan)



ICMI (Gerakan Kecendikiawanan)
Oleh: Muhammad Ghazali Rahman

A. Pendahuluan
            Ketika kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan muncul, biasanya mereka tampil dalam bentuk gerakan pembela hak asasi dan perbaikan harkat kaum lemah dan tersisih. Kehendak seperti ini dengan sendirinya menegaskan suatu klaim moral, yaitu humanitas universal. Dalam bentuknya yang lain, gerakan moral ini boleh jadi berdiri tegak sebagai oposisi terhadap pemerintah dengan melakukan check and balance dalam bingkai demokratisasi.

Jumat, 21 Februari 2014

IBNU SINA



IBNU SINA
Falsafat al-Fayadh, al-Nafs
dan Falsafat al-Wujud (Ontologi)
Oleh : Muhammad Ghazali Rahman

A. Pendahuluan

            Dalam sejarah peradaban manusia, konstruk budaya sangat dipengaruhi oleh kearifan dan kebijaksanaan yang dilahirkan oleh para filosof-filosof yang memiliki jiwa kritis, kesadaran diri dan akal, serta proses panjang kreativitas pikir yang memiliki daya dobrak dalam mempersoalkan segala sesuatu yang menurut kaca mata awam tidak perlu dipersoalkan. Sebab, hasrat besar dan rasa “ingin tahu” bagi manusia “filosofis“ berpijak pada pandangan yang menilai alam semesta beserta isinya bukan hanya sebagai realitas-realitas independen yang ultimate untuk dikaji, melainkan menjadi “tanda-tanda” (ayat) kebesaran dan keberadaan Tuhan.

Hubungan Mahram Karena Penyusuan



HUBUNGAN MAHRAM KARENA PENYUSUAN
(Studi Hadis)
Oleh: Moh. Ghazali Rahman

A. Pendahuluan
            Selain Alqur’an, Nabi Saw. meninggalkan warisan yang sangat berharga yaitu hadis. Kedua warisan inilah yang senantiasa menjadi sumber rujukan utama bagi siapa saja dalam menyelesaikan segudang problematika kehidupan. Kompleksitas kehidupan manusia pada akhirnya juga menuntut pembacaan dan pengkajian ulang terhadap sumber-sumber aplikatif yang telah diapresiasikan oleh Nabi di zamannya untuk dikontekstualisasikan agar tetap eksis di sepanjang zaman. Begitu pula munculnya tantangan modern yang cenderung mereduksi otoritas kenabian merupakan tantangan tersendiri bagi umat Islam untuk merekonsruksi kembali fondasi-fondasi agama yang sekian lama telah menjadi hukum formal dalam bermu’amalah.

Larangan Kawin Poligami



Hadis Tentang Larangan Kawin Poligami antara Seorang Wanita dengan Tantenya
Oleh: Muh. Gazali Rahman

I. Pendahuluan
            Ketika sebuah perkawinan menghendaki sakinah – mawaddah wa rahmah dalam proses perjalanan dan dinamika gelombang rumah tangga, maka hal itu menjadi tujuan yang sesungguhnya dikehendaki dari berbagai aturan normatif yang secara ilahiyah mengandung mashlahah yang akses positifnya terkadang tidak disadari dan bahkan di luar dugaan. Oleh karenanya, penyimpangan-penyimpangan manusia terhadap aturan normatif tersebut tentu akan berdampak negatif pula terhadap kemanusiaan itu sendiri.

al-Muhkam wa al-Mutasyabih



al-Muhkam wa al-Mutasyabih

A. Pendahuluan
            Alquran sebagai bahasa Tuhan sekaligus bahasa agama diakui oleh setiap orang beriman sebagai petunjuk, hidayah, dan  mukjizat yang pada dasarnya datang untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya. Kajian  ini menjadi postulat mendasar yang pada akhirnya menimbulkan tanda tanya: “Mengapa ada ayat mutasyabihat  yang sulit dipahami,  padahal Alquran diturunkan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia, dan bukankah akan mudah dipahami jika semua ayat itu muhkamat ?

Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (Pembentukan Dinasti dan Perkembangan Politik)



Mu’awiyah ibn Abi Sufyan
(Pembentukan Dinasti dan Perkembangan Politik)
Oleh:  Muh. Ghazali Rahman

A.     Pendahuluan

Pribadi seorang Mu’awiyah merupakan aktor sejarah dengan sosok yang monumental dalam sejarah Islam. Beliau tergolong seorang sahabat yang memiliki andil sangat besar dalam Islam baik di masa kenabian maupun di masa panjang perjalanan sejarah Islam. Bahkan, beliau termasuk seorang sekretaris Nabi Saw. yang banyak menuliskan wahyu serta meriwayatkan beberapa hadis.[1] Ia masuk Islam pada masa Fath Makkah dalam usia 23 tahun.[2]

PENDEKATAN INTEGRAL PAKAR HADIS DAN PAKAR FIkiH DALAM TELAAH KONTROVERSIAL HADIS


PENDEKATAN INTEGRAL PAKAR HADIS DAN PAKAR FIkiH
DALAM TELAAH KONTROVERSIAL HADIS

Oleh: Muhammad Ghazali Rahman

A. Pendahuluan
          Seperti lazimnya diketahui bahwa sunah sebagai pernyataan, pengamalan, taqrir, dan hal ihwal nabi Muhammad saw. merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran. Ketentuan-ketentuan mengenai halal dan haram berdiri sejajar dengan Alquran. Kata-kata nabi, sebagaimana diungkapkan Alquran merupakan wahyu Allah dengan wilayah otonom dalam kemandiriannya menetapkan hukum, meskipun pokoknya terdapat dalam Alquran.

KESENJANGAN CARA BERPIKIR GENERASI MUDA DAN GENERASI TUA



KESENJANGAN CARA BERPIKIR GENERASI MUDA DAN GENERASI TUA DALAM MENYIKAPI PERUBAHAN SOSIAL DI SEKITARNYA
Muh. Gazali Rahman

A. Pendahuluan
            Perubahan sosial atau yang kadang diistilahkan dengan social engineering atau social change adalah suatu keniscayaan bagi manusia dalam kapasitasnya sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dalam bingkai ruang dan waktu. Aksioma ini lebih menegaskan lagi pada signifikansi suatu dinamika yang menuntut transformasi individu ke dalam masyarakat dalam berbagai pola interrelasi horizontal berdasarkan konstruk sosialnya.

JABARIAH (Pengaruh Sosiologis Masyarakat serta Dalil-dalil yang Mendukung Faham dan Ajarannya)



JABARIAH
(Pengaruh Sosiologis Masyarakat serta
Dalil-dalil yang Mendukung Faham dan Ajarannya)

Oleh: Muh. Ghazali Rahman

A. Pendahuluan                   
            Ada dua tantangan besar yang menjadi masalah penting dan menuntut pemecahan bagi cendekiawan muslim pada abad ini. Pertama, pentingnya mengenal dan mengetahui secara benar ajaran Islam yang murni sebagai bentuk filsafat sosial dan keyakinan ketuhanan, aturan pola pikir, dan kepercayaan yang konstruktif, komprehensif, dan akan mengantar manusia kepada kebahagiaan. Kedua, pentingnya mengenal dan mengetahui kondisi dan tuntutan zaman. Demikian pula halnya dengan kemampuan membedakan dan memisahkan produk pemikiran dari fenomena-fenomena degresi yang memicu tumbuh dan berkembangnya segala bentuk dekadensi.

PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI ILMU SERTA SISTEM KERJA KEILMUAN



PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI ILMU
 SERTA SISTEM KERJA KEILMUAN
Oleh
Muh. Ghazali Rahman
A. Pendahuluan
            Al-Ghazali dalam bukunya “Al-Munqiz min al-Dhalal” sebagaimana dikutip oleh AM. Saefuddin mengatakan:
Janganlah melihat yang benar itu dari manusianya tetapi kenalilah dahulu apa yang benar itu, kemudian engkau baru akan dapat mengenal dan mengetahui siapakah orang yang benar itu.
            Meskipun sebagian filosof membedakan antara ilmu dengan pengetahuan, namun dalam makalah ini tidak akan menjadikan keduanya sebagai suatu yang dikotomis untuk dibedakan. Oleh Ahmad Syadali yang dikutip dari Louis Kattsoff dikatakan bahwa bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukannya di dalam ilmu pengetahuan.

ABU KALAM AZAD (Nasionalisme dan Pemikirannya)


ABU KALAM AZAD
(Nasionalisme dan Pemikirannya)
Oleh: Moh. Ghazali Rahman

A. Pendahuluan
Wajah peradaban Islam di India pasca kemerdekaan dapat dikatakan sebagai suatu potret antitesa dari wajah peradaban Islam di Indonesia. Meskipun demikian, akar progresivitas keislaman kedua perwajahan ini memiliki titik temu pada representasi Islam sebagai ideologi yang mampu menjadi senjata ampuh dalam membangun kesadaran anti imperialis dan kolonialis. Respon dalam bentuk perlawanan politik, semangat militansi ataupun kesadaran kultural dengan gerakan revivalis, selalu diinspirasikan oleh Islam sebagai senjata ideologis.

UNJUK RASA VS MENGHUJAT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM



UNJUK RASA VERSUS MENGHUJAT
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Oleh: Muhammad Gazali Rahman

I.         PENDAHULUAN
Sejak Orde Baru tumbang, pintu demokrasi terbuka lebar, sehingga setiap orang bebas menyampaikan pendapatnya. Kebebasan menyampaikan pendapat tidak hanya ada dalam undang-undang saja (law in book) melainkan sudah mendarah daging di masyarakat (law in society). Cara mengemukakannya pun beragam, mulai dari berupa tulisan atau penuangan pikiran di surat kabar, majalah; secara lisan berupa hasil wawancara ataupun berupa orasi; ataupun berupa tindakan yaitu dengan jalan unjuk rasa/demonstrasi, maupun mogok kerja dan mogok makan. Tempat mengemukakannya pun beragam, mulai dari perusahaan, jalanan, taman maupun gedung pemerintahan.

AKULTURASI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL


AKULTURASI ISLAM DENGAN BUDAYA LOKAL
Oleh:
Muhammad Gazali Rahman


I.     PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Manusia dihadirkan di muka bumi, lahir, hidup, dan berkembang menjadi makhluk duniawi yang sekaligus berperan sebagai khalifah.[1] Sebagai makhluk duniawi, sudah tentu bergumul dan bergulat dengan dunia, terhadap segala segi, masalah dan tantangannya, dengan menggunakan segala potensi kemanusiaan dan ketuhanannya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan dunia tidaklah selalu diwujudkan dalam sikap pasif, pasrah, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Tetapi justru diwujudkan dalam sifat aktif, memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan hidup dan kehidupannya.

Kamis, 20 Februari 2014

IBADAH HAJI PERSPEKTIF ALQURAN



IBADAH HAJI PERSPEKTIF ALQURAN
(Kajian Spiritual dan Sosial)
Oleh: Muhammad Gazali Rahman

I.   PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Salah satu hal yang melekat dan menjadi ciri khas suatu agama adalah hadirnya ritus-ritus formal yang melembaga dan menjadi media komunikasi secara vertikal kepada sang Khalik sekaligus komunikasi horizontal kepada sesama makhluk. Ritus formal tersebut kemudian dilegalkan secara doktrinal sebagai ibadah yang bernilai pahala dan dijanjikan dengan pahala di sisi-Nya. Keberadaan ritus formal dalam sebuah agama sekaligus juga membedakan satu agama dengan agama lainnya meskipun secara subtantif terdapat praktek yang dapat dinilai sama.

AL-BAYAN



AL-BAYAN[1]

            Al-Syafi’i berkata: Bayan adalah pernyataan yang mencakup berbagai makna yang memiliki kesamaan pokok tetapi beragam cabangnya. Setidaknya yang dimaksud dengan makna-makna yang sama pokoknya tetapi beragam cabangnya itu adalah penjelasan kepada pembacanya dimana Alquran turun dengan menggunakan bahasanya. Bagi pembaca yang memahami bahasa Arab, penjelasan tersebut sangat relevan (tidak kontradiktif), meskipun sebagiannya lebih kuat dalam menegaskan penjelasan daripada sebagian yang lain. Sedangkan bagi orang yang tidak memahami bahasa Arab, penjelasan ini tampak kontradiktif.
Al-Syafi’i berkata: Intinya, apa yang dijelaskan Allah kepada manusia di dalam kitab-Nya mengambil beberapa bentuk:

SISTEM HUKUM ISLAM



SISTEM HUKUM ISLAM

A.  Tujuan Sistem Hukum
Sistem hukum dapat dijelaskan sebagai suatu kumpulan aturan yang ditentukan oleh keselarasan pengertian yang mendalam. Setiap sistem hukum merupakan kebutuhan “tendensional/memiliki tujuan di dalamnya”. Menurut aliran teologis, hukum merupakan hasil pemikiran manusia dan amat berhubungan dengan konsep tujuan, dan kebanyakan filosof menganggap keadilan sebagai tujuan tertinggi. Kondisi demikian juga berlaku bagi hukum samawi lainnya, namun hukum-hukum itu tidak lagi orisinal.